Minggu, 19 Agustus 2007

. TDA Business Conference XIV

Wealth Profile
Narasumber: Bpk. Roni Yuzirman, Manet Owner, The TDA Founder

Materi
Materi lengkap yang disampaikan dapat dibaca di blog narasumber:
1. Stop creating income start building
2. Delapan profil menuju kekayaan anda
3. Wealth profile saya apa ya?

Berikut sedikit ulasan materi yang disampaikan narasumber:
Ada beberapa hal kenapa saya posting mengenai wealth profile ini. Sy melihat beberapa member TDA ada yang melaju kencang, sebagian ada yg tertinggal. Padahal, menurut saya semua sudah cukup kita berikan. Seminar macam2, pelatihan, baca buku, apalagi provokasi utk take action, nonton the secret, bedah buku quantum ikhlas, dll. Rasanya, nggak perlu baca buku lain lagi deh, nggak perlu seminar macam2 lagi, sudah cukup semuanya. Kedua, saya melihat kecenderungan di tda. Member sepertinya didorong utk jadi pedagang. Banyak yg kemudian jadi pedagang macam2. Trus ada juga tawaran internet marketing, properti, dll. Sampai ada yg complain soal over load. Ternyata, setelah didalami konsepnya Roger Hamilton, tidak semuanya bisa jadi pedagang, tidak semuanya bisa jadi pemain properti, tidak semuanya juga bisa main saham, internet marketing, dll.

Roger menawarkan konsep menjadi kaya dengan menjadi diri anda sendiri, bukan menjadi diri orang lain. Kalo nggak suka dagang ya jangan maksain dagang, gitu lho. Ada yg suka jadi kreator, ada yang suka menjadi lord seperti james, ada yang suka jadi mechanic seperti pak Agus Ali, ada yang cocoknya jadi supporter, masuk akal?

Saya cerita lagi soal pak Tung. Dulu waktu pertama kenal, pak Tung itu adalah pengikut Robert Kiyosaki banget. Dia jadi pembicara seminar, bikin bisnis, main properti, ikut mlm, main saham. Akhirnya, setelah mengetahui wealth profile, pak Tung memutuskan utk fokus jadi star. Sementara yang lainnya mulai ditinggalkan atau didelegasikan kpd yg lebih ahli. Setelah itu, pak Tung ngebut seminar di mana2 sampai rekor 60 kali sebulan. Jadi, ibarat org naik mobil enak mana, lewat jalan tol atau lewat jalan kampung? Nah, kalo udah tau profile kita, ibarat kita jalan lewat tol. Kenceng, bebas hambatan...

Sesi Tanya Jawab I
(ambay aja) Setelah mengalami segala kegiatan, pak Tung akhirnya menemukan profilenya, nah apakah kita perlu melakukan banyak pengalaman dulu or ada tip yg memungkinkan kita cepet tahu profil kita? Semacam test IQ dimana disana akan muncul bakat kita yg muncul

(Narasumber) Ada, ikut pelatihannya atau ikut tesnya secara online di http://www.rogerhamilton.com/. Pelatihannya tgl 8-10 sept 07 di jkt, biayanya 4,5 juta. Kalau via web, 100 dolar. Kalau nggak bisa ikut, saran saya, mulai skrg coba pikirkan apa minat saya? Merenung. Mgkn dari org2 yg kita kagumi, kita ingin spt dia. Sy pun tidak mengatakan sudah menemukannya, tapi sy cenderung adl tipe creator. Mungkin ada 1-2 profile lain yg saya miliki, tapi pasti ada 1 yg dominan. Kalau sudah tahu, kan jadi enak. Kita tahu kelebihan dan kelemahan kita. Seorang creator, tinggal cari supporter, star, mechanic, dll, utk membantunya. Creator jangan partneran dgn creator. Nanti kebanyakan ide, nggak jalan2.

(Jonriah Ukur) Pak Roni, mau tanya. Alhamdulillah... baru sekitar sebulan ini saya merasa sudah menemukan profile saya yang sebenarnya. Ketika jadi TDA bulan maret lalu, saya menggambarkan bahwa saya akan banyak berbisnis dengan cara mengerjakan proyek2 pesanan, website pesanan, tulisan pesanan, dst. Memang saya sudah mengerjakan beberapa order, tapi dalam perjalanannya, saya gagal karena kesalahan saya sendiri. Saya orangnya tidak patuh pada deadline. Ketika order lagi perlu dikerjakan, saya malah asyik mengerjakan proyek2 pribadi. Hasilnya.. ya seperti diduga, saya dikomplain, klien marah2, dst. Akhirnya saya mikir, jangan2 saya tak cocok mengerjakan proyek pesanan. Maka, saya sedang berniat berhenti menerima proyek apapun yang berbau pesanan. Saya mau konsentrasi mengerjakan proyek2 pribadi, seperti menjadi pengajar kursus menulis (itulah sebabnya saya mendirikan sekolah-menulis online). Atau jadi konsultan pembuatan website (bukan pembuat web, tapi cukup konsultan saja). Alhamdulillah... sepertinya berhasil. Tapi yang masih mengganjal, saya kan sudah nonton the secret. Di sana dijelaskan, bahwa kita harus optimis, kita harus merasa bisa. Nah... bagaimana kalo saya sebenarnya hanya MERASA TIDAK BISA, merasa tidak bisa mengerjakan proyek pesanan. Ini yang masih menjadi keraguan saya, pak. Mohon masukannya.

(Narasumber) Saya mau nebak nih... Feeling saya, pak jonru tipenya creator, sama dgn saya, gak suka dikejar2 deadline, maunya bebas, idenya ke mana2... Fokus di situ aja, pak. Nggak bertentangan dgn the secret kok. Kalau dipaksakan nanti malah bahaya. Otak kreatifnya jadi tumpul... Baca deh tulisan sy hari ini soal attraction. Pak jonru bisa meng-attract dgn talenta yg dimiliki. Soal yg lain, serahkan kepada yg ahlinya, atau cari mitra yg punya kemampuan lain.

(ahmed.sancho) Mungkin saya tipe creator (banyak ide2 yang gak tereksekusi dan gak suka deadline) walaupun belum dicek, tapi saya punya suatu impian dan gebrakan dalam bisnis IT. Tapi untuk mencapai impian itu, saya harus melalui bisnis2 yang menurut saya ambil saja, supaya cepat2 merdeka dan mencapai tahap dimana saya berani menjalankan bisnis IT. Nantinya setelah bisnis2 kecil ini stabil, saya serahkan ke ahlinya. Mungkin itu yang dilakukan Pak Tung di awal. MenurutBapak apa yang saya lakukan ini wajarkah?

(Narasumber) Itu sudah betul, pak. Memang begitu jalannya. Di tahap awal, memang kita kerjakan semuanya dulu. Jadi partner kita pun harus klop dengan kita sampai kondisinya memungkinkan. Barulah perkuat timnya.

Sesi Tanya Jawab II
(Ade Wirama) Maaf saya baru baca blognya pak rony mengenai wealth profile. Apa sih pak perbedaan utama dari masing2 wealth profile tersebut? Yah 2 aja deh, creator sama mechanic. Saya masih bingung, saya ada dimana ya?

(Narasumber) Creator dan mekanik, kedua2nya ada di level "langit" menurut istilah roger. Maksudnya pemikirannya high in the sky. Sukanya sesuatu yang sifatnya jangka panjang, visioner, imajinatif. Kedua tipe itu digerakkan oleh visinya, oleh masa depan yang dilihatnya hari ini, dan mereka berbuat sesuatu utk mencapainya. Contoh mekanik adalah ray kroc. Dia menemukan potensi luar biasa dari mc donald yg ketika itu masih 1 cabang, yang dikelola oleh mc donald bersaudara. Kemudian ray membuat sistem dan sebagainya, jadilah mc d spt sekarang. Mc donald sbnrnya adl kreator. Begitu ketemu dgn mekanic, maka jadilah mc donal tersebar di mana2. Begitu juga tipe kreator yg diwakili oleh org spt steve jobs, bossnya apple. Dia cuma punya ide ipod, kemudian dia serahkan disain dan sebagainya kpd timnya. Di samping itu jobs juga adl seorg star. Dia ngomong soal ipod di mana2, bikin penasaran, spt i-phone sekrg. Mekanik dan kreator hrs dibantu oleh tim yang membumi, yaitu supporter, trader dan deal maker.

(Ade Wirama) Perlu nggak kita mendapatkan wealth profile pada calon karyawan sebelum mempekerjakannya? jadi kita tau dia bisa cocok kita tempatkan di divisi apa? Atau sebagai apa?

(Narasumber) Nah, itu penting pak. Sy ada karyawan, tipenya star. Tapi saya bagi tugas juga sbg supporter. Sepertinya, dia tidak cocok di supporter. Sayang, cara menentukan profile itu sudah dipaten oleh roger hamilton. Jadi, kalau mau tahu, ya hrs ikut pelatihannya

(ahmed.sancho) Saya cuma mau tanya aja, apakah pak Roger gak jual buku untuk mengetahui profile ini? Apa hanya lewat pelatihan?

(Narasumber) Di bukunya tidak ada cara mengetahui profile itu. Cuma ada di pelatihannya. Yah, itu kan jualannya dia...

(AR Junaedi) Kalau kita sdh tau wealth profile kita, langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan agar kita bisa konsisten utk mencapai wealth sesuai impian kita?

(Narasumber) Di bukunya ada langkah2nya. Contoh, utk yg profilenya creator:
1. Building your wealth foundation
2. Moment of wealth creation
3. Value creation (pernah sy bahas di blog)
4. Value ownership
5. Leverage
6. Secure cashflow

Menurut saya, Setelah tahu profile kita tinggal ikutin aja ilmu2nya dari brad sugars, dll. Selebihnya sama aja, menurut saya. Yang penting, pertama kali, anda harus tahu dulu siapa diri anda? Apa minat anda? Apa passion anda? Mirip spt yang diajarkan oleh pak nunu, knowing your self. Beresin dulu antara tindakan, pikiran dan perasaan. Jadi harus tau apa yg kita jalani enak atau ngga di hati. Kalau sudah selaras, rezeki itu akan mengalir secara alami.

Pak junaedi ikut kan bedah bukunya? Cek hati kita, kata pak nunu. Kalo gak tenang, gak selaras, berarti ada yg gak beres. Pak Tung saya perhatikan rejekinya mengalir deras setelah mengetahui profilnya di star itu.

Seorang yg profilenya kreator mungkin juga punya profil lain, misalnya trader atau accumulator. Jadi, tidak ada yang mutlak di satu profile aja. Sy mau curhat dikit nih... Waktu di tanah abang dulu saya jadi trader tanpa sadar dan saya tidak menikmatinya. Uangnya sih dapat, tapi perasaan saya nggak sreg gitu. Karena tidak ada nilai tambah dari seorang trader, cuma beli murah, jual mahal. Selalu berkutat dengan timing. Sedangkan saya adalah tipenya creator. Sy gak mau terjebak jadi trader. Setelah lepas dari sana, sy spt lahir kembali. Ide2 mengalir deras. Waktu di tanah abang, ide2 saya nggak ada yang jalan. Kondisinya gak mendukung. Lama2 saya jadi stress, desperate. Pak iim tuh saksi hidupnya...

(Jonriah Ukur) Pak roni... Setelah berpikir2, saya merasa bahwa saya mungkin cocok jadi creator, tapi kadang2 saya merasa coock jadi star juga. Saya juga menikmati jadi mekanis, karena saya suka mengerjakan hal2 teknis.

(Narasumber) gak apa2 pak, gak harus satu profile. Tapi harus ada satu yg dominan.

(Jonriah Ukur) Terus gimana dong? Mana yang harus saya utamakan?

(Narasumber) Tanya ke hati pak jonru aja... Jalanin aja tiga2nya, nanti akan muncul satu yang paling dinikmati. Yang paling bikin semangat, antusias. Kalo udah ketemu, enak pak... Plong rasanya... Jalan itu jadi enak, lurus... Otomatis, rejeki juga mengalir dgn sendirinya...

Sesi Tanya Jawab III
(rahmat fadli) Pak Roni, seandainya ada dalam satu tim mempunyai kecenderungan profile yang sama. Apakah lebih banyak untungnya atau ruginya?

(Narasumber) Nah, itu dia.. Mungkin bisa dikompromikan aja, pak. Bagi2 tugas. Saya pernah gabung dgn org yg tipenya trader dan deal maker. Nggak bisa jalan. Soalnya tipe itu biasanya pragmatis. Sedangkan sy rada idealis. Sy memutuskan utk berpisah saja. Sy merasakan tidak nyaman ketika itu, serba salah. Meskipun prospeknya scr keuangan menjanjikan, terpaksa saya tinggal, krn bisnis itu memaksa sy jadi trader. Pak Rahmat, coba dikompromikan saja. Dicoba aja dlu pak, bagi2 tugas. Yg jelas, nggak mungkin juga dong gara2 sama profile langsung memutuskan utk berpisah.

(rahmat fadli) Mungkin di taro di divisi yang berbeda gitu pak?

(Narasumber) Iya. Yg penting kedua pihak menyadari dulu kondisi itu. Setelah itu dikompromikan

(dcputranto) Ok. Pak roni, saya sendiri sudah sejak ikut TDA, mengamati perjalanan bapak. Setelah keluar dari tanah abang, menggunakan manet busana muslim sbg bendera utama. Terus kegiatan bapak sbg founder TDA yg terus mengeluarkan ide2 untuk bidang sosial jg tidak kalah banyak. Sekarang saya lihat, bapak jg masuk ke daerah investasi properti. Juga saya pernah baca sepak terjang bapak sbg Managing Partner, Quantum Business and Investment. Kedua kegiatan bapak yg terakhir ini dlm properti & konsultan, kalau tidak salah dijalankan dalam waktu kurang dr 6 bulan ini. Apa ini sebagai suatu bentuk perubahan wealth profile (pencarian lagi) atau memang efek dari wealth profile bapak? Mohon petunjuk. Soalnya saya lihat, mulai banyak anggota TDA yg terlalu cepat melakukan diversifikasi bisnisnya, sebelum berhasil di suatu bidang yg telah dipilihnya.

(Narasumber) Utk kedua hal yg disebutkan itu, saya tidak melakukan investasi, alias tidak keluar modal. Jd investasi sy yg utama tetap di manet. Jadi saya tetap berada di sisi kreatifnya. Bagaimana membenahi perusahaan org lain, dsb. Utk itu saya bersama pak agus yang tipenya mekanik dan pak hertanto yang cenderung sebagai deal maker

(dcputranto) I see... jadi sebenarnya hanya bisnis saja, tidak mengalami perubahan wealth profile.

(Narasumber) Di properti bukan saya yg mikir, sy dibantu oleh pak james. Soal itung2an, pak james jagonya, sy ikut aja di situ..

Masih ada dua pertanyaan lg yang belum terjawab, tetapi sayang waktunya sudah habis. Pertanyaannya:
(Ferri Iskandar) Alo pak roni.. aku ferri di Yogyakarta....apakah paman bapak yaitu pak Alfi pemilik www.tandike.com juga menemukan bisnisnya dengan mengalamai proses yang sama seperti bapak? Terus terang aku belum membahas profil diriku dengan konsep roger ini, tetapi aku memang suka jalan-jalan, naik gunung dan bertualang.. Perjalanan nasib membuat aku membuka usaha www.thetrekkers.com dan aku merasa bahwa usahaku ini belum mengalami lompatan yang besar.

(ichsan santoso) Bagaimana menyelaraskan antara pikiran, tindakan, dan perasaan pak? Ada tips2 pak? Sekarang saya sedang ingin mengenali diri saya dengan apa yang sudah saya lakukan dan kerjakan, sekarang saya lagi tidak tenang.

InsyaAllah untuk kedua pertanyaan tersebut akan dijawab oleh Narasumber di milis. So, tetap aktif di milis TDA ya...

Senin, 13 Agustus 2007

. Muhammad Yunus dan Grameen Bank

Penulis:
Satria Dharma, sd-islam@yahoogroups.com
Jakarta, 11 Agustus 2007

Pernahkah Anda mendengar nama Muhammad Yunus dan Grameen Bank? Saya sempat mengeluh dalam hati ketika beberapa anak-anak muda di kantor saya menunjukkan wajah bengong mendengar nama tersebut. Kemana saja mereka selama ini? Apa saja informasi yang ia kunyah sehingga namaMuhammad Yunus dan Grameen Bank tidak pernah didengarnya? Keterlaluan! Tapi, baiklah! Beberapa di antara kita mungkin sibuk menonton sinetron, Tukul, dan berita kriminal sehari-hari sehingga tidak pernah dengar nama Muhammad Yunus dan Grameen Bank.

Beliau adalah pemenang Nobel Perdamaian 2006 atas usahanya yang tidak mengenal lelah mengentaskan kemiskinan di Bangladesh dengan mendirikan Grameen Bank, bank khusus untuk dan milik orang miskin. Saya sudah mengagumi orang hebat ini ketika pertama kali membaca beritanya bertahun-tahun lalu. Sebagai ‘lulusan’ orang miskin, saya tahu betapa jarangnya orang yang mau mendedikasikan dirinya untuk membantu orang miskin. Dunia dipenuhi dengan orang-orang yang sibuk mencari kekayaan sendiri dan menganggap orang miskin adalah penyakit sampar yang harus dicurigai dan dijauhi.

Muhammad Yunus dan Mother Teresa adalah sosok yang sangat saya kagumi. Mereka mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mengasihi dan membantu orang-orang miskin. Mereka adalah semacam nabi bagi partai Kaypang, partainya orang-orang miskin, dimana saya pernah menjadi anggota tanpa perlu mendaftar. :-) Cerita tentang Muhammad Yunus dan Grameen Bank-nya sangat banyak kita temui di berbagai media. Saya sudah pernah membaca bukunya, artikel-artikel tentangnya, dan bahkan menonton acaranya di Oprah Show.

Saya menonton hampir tak berkedip. Ketika Oprah bertanya mengapa ia percaya bahwa orang miskin akan bisa membayar pinjaman tanpa kolateral alias agunan, beliau menjawab: ”Fakta bahwa mereka adalah manusia sudah cukup bagi kita untuk mempercayainya.” Dan air mata saya mengalir tanpa bisa saya cegah. Ya, Tuhan! Betapa saya mencintai orang ini. Seandainya saya bisa bertemu, menyentuh, mendengarkan dan berbicara dengannya, sungguh akan merupakan momen yang sangat luar biasa bagi saya. Dan kemarin mimpi saya menjadi kenyataan. Saya mendengarkannya berbicara langsung, berjabat tangan dengannya, sekaligus mendapatkan tanda tangan dan kartu namanya pada acara “Sampoerna Foundation’s Distinguished Speaker Series” di Hotel Mulia! Tuhan mengabulkan keinginan saya.

Pada acara tersebut beliau yang professor di Fakultas Ekonomi Chittagong, Bangladesh, menceritakan kembali pengalaman hidupnya ketika pertama kali ia bersentuhan langsung dengan kenyataan hidup di luar kampusnya ketika Bangladesh terkena bencana kelaparan. Ia sangat terkejut menemui kenyataan bahwa keluarga miskin di sekitar kampusnya sebetulnya hanya butuh bantuan uang sangat sedikit untuk dapat mengubah hidup mereka.

Ketika beliau memutuskan untuk membantu para ibu yang miskin tersebut dengan meminjaminya uang untuk modal, beliau berhasil mengumpulkan 42 orang dengan jumlah pinjaman kurang dari US$27! “Ya,Tuhan! Ya Tuhan! Seluruh derita semua keluarga itu hanya karena tidak ada uang dua puluh tujuh dollar!” serunya dalam hati. Malamnya ia tidak bisa tidur karena merasa muak dengan dirinya sendiri.

Ia sangat shock menemui kenyataan betapa ia mengajarkan teori-teori indah tentang ekonomi dan bicara tentang uang ratusan juta dollar. Sementara di luar kampusnya ia menemui orang-orang yang begitu miskinnya karena terjerat oleh rentenir. Beliau kemudian memutuskan untuk mendirikan GrameenBank, Bank for the Poor, untuk membantu para orang miskin tersebut. Ceritanya mengalir begitu indahnya dan suasana menjadi hening karena it’s so absorbing. Rasanya semua orang menahan nafas mendengar ceritanya. Saya menahan nafas berkali-kali. It’s so dramatical. Saya seolah melihat dan mengalaminya sendiri bagaimana beliau memperjuangkan bank bagi orang miskin tersebut meski mendapat penolakan terus menerus dari para bankir.

Pada beberapa bagian diam-diam saya menangis dalam hati karena kisahnya begitu menyentuh. I am really touched by his history. Suatu ketika datang seorang ex napi ke Grameen Bank untuk minta pinjaman juga sebagaimana orang-orang lain. Staff Muhammad Yunus kebingungan menghadapinya. Ex napi ini sangat terkenal reputasinya sebagai seorang kriminal dan mempercayainya adalah tidak masuk akal.Tapi staf bank juga tak berani menolaknya karena takut ex napi tersebut marah dan mengamuk. Ia terkenal dengan reputasi buruknya tersebut. Ia minta bantuan Muhammad Yunus untuk mengatasi masalah tersebut.

Muhammad Yunus memintanya untuk menemuinya dan tidak perlu takut. Ia adalah manusia juga seperti kita, katanya. Kalau ada lima orang lain di desanya yang mau menjaminnya (ini adalah sistem yang berlaku di Grameen Bank sebagai ganti dari kolateral) maka dia layak untuk mendapat pinjaman seperti orang desa lainnya. Jadi Grameen Bank memberinya pinjaman. Dan ex napi ini membayar cicilannya seperti orang-orang miskin lainnya. Ia kemudian menjadi pemimpin kelompok. Dan naik… naik… menjadi pemimpin kelompok yang lebih besar dan lebih besar. Ia tak pernah lagi melakukan tindakan kriminal sejak mendapatkan pinjaman dari Grameen Bank. Grameen Bank telah mengubah hidupnya! Sangat luar biasa!

Ketika beliau ditanya apa tindakan yang ia lakukan jika ada nasabah miskinnya yang tidak dapat membayar. Bank lain tentu akan menyita apa saja yang dimiliki oleh nasabah ‘bandel’ tersebut. Tapi di Grameen Bank tidak ada kolateral atau agunan. Lagipula nasabahnya adalah orang-orang miskin yang tidak punya harta benda yang bisa disita.

“If anybody cannot pay, you should come and help him more, not punishhim.” Jawabnya.

Mereka tidak membayar karena memang tidak bisa membayar dan itu berarti mereka dalam kesulitan dan lebih memerlukan pertolongan daripada sebelumnya. Mereka harus ditolong dan bukannya dihukum. Ya, Allah! Betapa benarnya kata-kata itu. Kredit mikro bukanlah obat ajaib yang bisa menghapuskan kemiskinan dalam sekali tenggak. Tetapi kredit mikro bisa mengakhiri kemiskinan banyak orang dan mengurangi penderitaan orang-orang lainnya. Digabungkan dengan program-program inovatif lainnya dalam meningkatkan potensi masyarakat, kredit mikro adalah alat utama dalam upaya kita membangun dunia yang bebas dari kemiskinan. Demikian katanya.

The story is sooo beautiful and told by Muhammad Yunus himself. It willbe the best day in my life. Pada tahun 2015, katanya, Grameen Bank, Bank for the Poor, yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh orang-orang miskin akan berubah menjadi Grameen Bank, bank for the formerly poor, bank milik orang-orang yang DULUNYA miskin. Saat itu mereka tidak lagi miskin dan telah bangkit menjadi orang-orang yang hidup layak dan sejahtera. Saya mempercayainya.

Sayang sekali hari itu Jum'at, hari yang pendek, dan beliau harus menghentikan ceritanya yang indah dan penuh inspirasi tersebut. Setelah acara selesai saya segera menghampiri beliau, menyapanya untuk minta tandatangan dan kartu nama, sebagaimana biasa saya lakukan pada penulis buku lainnya. Dan beliau menandatangani buku “Bank Kaum Miskin” terbitan Marjin Kiri yang saya beli semalam khusus untuk ditandatangani beliau. Buku saya adalah satu-satunya yang berbahasa Indonesia yang ditandatangani beliau. Peserta lainnya membawa buku asli yang berbahasaInggris “Bank for the Poor”.

Malamnya saya bermimpi duduk-duduk di teras dan ngobrol berdua bersama beliau. "Everybody is enterpreneual, Satria. You have to believe thats.” Saya mendengarkannya dengan penuh takzim. “Charity works once. Social business continues,” lanjutnya.

Sayup-sayup saya mendengar beliau berkata, ”Touching somebody’s life is addictive. Once you do it, you’ll do it more and more.” Dan saya terbangun karena alarm handphone saya. Dalam sholat Subuh saya berdoa dalam hati, ”Ya Tuhan! Jika saya masuk surga kelak, perkenankan saya menjadi tetangga Muhammad Yunus.” Amin!